Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANGUN KARAKTER SEORANG ANAK ( PART 1)




Mendidik anak merupakan tantangan yang paling awal bagi orang tua. Maka tidaklah salah kalau orang tua di ibaratkan sekolah kecil bagi seorang anak. Dimana dilingkungan orang tualah seorang anak memperoleh pendidikan sekaligus kasih sayang paling tulus dari orang tua. Dalam fase-fase awal pendidikan inilah, peran orang tua terlihat sangat memberikan pengaruh untuk di jadikan bekal di kemudian hari. Bila didikan dalam rangkulan orang tua ini sukses, maka pada jenjang pendidikan selanjutnya yang akan di lalui sang anak juga akan memperoleh kesuksesan.

Al-Quran mengajarkan beberapa tips bagaimana tata cara orang tua mendidik anaknya. Ayat-ayat yang paling sering dan paling ideal untuk di jadikan pelajaran dalam mendidik anak adalah surat Luqman. Dalam ayat ini banyak sekali al-Quran mengisahkan seorang yang sangat bijak dalam mendidik anaknya hingga al-Quranpun mengagungkan namanya. Dia Luqman Al-Hakim, seorang yang berasal dari golongan orang hitam lagi sholeh. Banyak yang menyebutkan bahwa ia berasal dari negeri yang bernama Nubah. Dan adapula yang mengatakan bahwa ia dari Habsyah. Dari manapun ia berasal, tetaplah bahwa ia adalah sosok yang paripurna layak di teladani bagi setiap orang tua yang ingin memberikan kasih sayang serta pendidikan yang terbaik bagi sang buah hati.


ORANG TUA ADALAH GURU


Al-Quran mengabadikan kebijaksanaan Luqman Hakim ini dengan menyunting mau’dhoh nya dalam beberapa ayat dalam al-Quran, bahkan satu surat khusus di beri nama dengan nama beliau. Berikut mari kita simak beberapa ayat dalam surat Luqman yang penting untuk kita renungkan :


وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)



13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."


ayat diatas merupakan penggalan paling awal dari beberapa kisah yang di sebutkan dalam al-Quran yang berbicara tentang betapa bijaksananya Luqman Hakim dalam memberikan pendidikan paling dasar kepada segenap buah hatinya.



Pelajaran paling awal yang bisa kita tangkap dari ayat itu adalah : penggunaan kata ya’idhuhu yang bermakna تعليمyang berarti mengajarkan. Hal ini sebagaimana di jelaskan dalam kitab tafsir at-Tahrir Wattanwir karya Syekh Thohir Bin Asyur. Beliau menulis dalam kitabnya ketika menjelaskan ayat diatas sebagai berikut :



وذلك مؤذن بأنه تعليم لا تبليغ تشريع.



Dalam petikan itu, Syekh Thohir Bin Asyur menjelaskan bahwa makna dari pada lafadz ya’idzuhu sebagaimana ayat diatas adalah bermakna “memberi pendidikan”. Beliau membedakan makna “mendidik” ini dengan makna “menyampaikan” atau “mensyariatkan”.


Dari makna yang di berikan oleh Sykeh Thohir Bin Asyur diatas, kiranya kita dapat menarik sebuah makna yang cukup kontekstual dengan cara membimbing anak semasa ia berada dalam rangkulan orang tua. Kata ta’lim yang berarti mendidik ini menyiratkan sebuah pelajaran kepada orang tua bahwa posisi mereka dalam masa-masa awal perkembangan anak ini adalah layaknya posisi seorang pendidik. Bagaimanakah seorang pendidik mesti bersikap, maka orang tua wajib bersikap demikian.

Kalau kita lihat dalam penjelasan Syekh Thohir Bin Asyur diatas nampaklah dengan jelas bahwa mendidik disini sangat berbeda dengan tabligh yang bermakna menyampaikan. Seorang pendidik lebih kita kenal dengan panggilan guru, mu’allim, ustadz dan sebagainya. Sedangkan untuk seorang muballigh kita lebih akrab dengan panggilan penceramah, orator dan sebagainya. Dengan demikian, fungsi antara guru dengan muballigh juga tidak sama. Muballigh hanya menyampaikan ajaran-ajaran tanpa menghiraukan apa yang di tangkap oleh pendengar. Tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi kemudian setelah sang muballigh menyampaikan ceramahnya.

Tapi, Hal berbeda terjadi pada seorang guru. Seorang guru mempunyai peran yang lebih aktif dalam menentukan karakter murid. Kontribusinya dalam membangun karakter, cara berfikir, paradigma sampai sifat bawaan sangat sekali di pengaruhi oleh pendidikan dasar yang di peroleh sang anak. Dalam masalah ini, kita sudah menyadari bahwa orang tua adalah pendidik, guru, muallim pertama yang berkewajiban dan sangat menentukan apa yang akan menjadi bekal seorang anak ketika ia mulai bersentuhan dengan kehidupan di luar.

Dengan demikian, kita memahami bahwa hikmah paling dasar dari pada apa yang di beritakan al-Quran tentang peran orang tua terhadap perkembangan karakter seorang anak. Dimana orang tua di tuntut untuk senantiasa membimbing layaknya seorang guru. Bagaimana kita melihat besarnya sumbangsih seorang guru, hingga kita menyebut mereka sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Memang demikianlah adanya, seorang guru bukanlah seorang muballigh yang hanya memberikan materi atau ajaran-ajaran, namun tidak memperdulikan apa yang akan terjadi kemudian pada pendengarnya setelah dia menyampaikan. Sedangkan guru, sampai sekarang di kenal sebagai sosok yang setia penuh perhatian terhadap apa yang menjadi kewajibannya. : M.H.M (TIM KAJIAN SAHABAT INSTITUTE)